Yogyakarta, 18 Mei 2022. Bencana merupakan rangkaian peristiwa yang dapat mengancam dan mengganggu kehidupan serta peghidupan masyarakat, baik bencana alam maupun non alam yang disebabkan oleh faktor manusia serta merusak lingkungan hingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa. Saat ini Wilayah DIY telah memasuki masa peralihan dari musim penghujan ke musim kemarau. Pembaharuan informasi dan kebijakan terkait musim disampaikan oleh Kepala Stasiun Klimatologi Mlati BMKG, Reni Kraningtyas, S.P., M.Si. kepada BPBD Kabupaten/Kota Se-DIY, Dinas Sosial dan Dinas PUPESDM. Bertempat di Ruang Rapat Lantai II pada hari Rabu, 18 Mei 2022 rapat koordinasi teknis disampaikan dan disiapkan guna meningkatkan kesiapsiagaan serta perencanaan atas musim kemarau ini.
Kepala Bidang Penanganan Darurat, Lilik Andi Aryanto, SIP. MM, membuka serta memberikan gambaran awal kondisi, tantangan serta garis besar penanganan kekeringan pada tahun-tahun sebelumnya terutama keberhasilan dan hambatannya. Dilanjutkan pemaparan materi dari Kepala Stasiun Klimatologi Sleman, Reni Kraningtyas, S.P., M.Si., beliau menyampaikan beberapa point terkait keadaan cuaca saat ini di D.I Yogyakarta. Reni menuturkan ”Sebagian wilayah D.I Yogyakarta pada pertengahan bulan Mei 2022 sudah mulai memasuki musim kemarau. Dari perkiraan puncak musim kemarau di D.I. Yogyakarta akan terjadi pada bulan Juli hingga Agustus. Hal tersebut didasari karena musim kemarau yang mundur satu hingga dua dasarian (10-20 hari)”. Perkiraan musim kemarau akan terjadi hingga 4 sampai 6 bulan kedepan dan diprediksi akan berakhir pada bulan September dan Oktober. Meskipun akan memasuki musim kemarau, potensi curah hujan diperkirakan masih akan terjadi yang sifatnya cenderung agak basah. “Hampir sebagian wilayah DIY, sifat musim kemaraunya atas normal atau cenderung agak basah. Namun ada juga sebagian wilayah DIY musim kemaraunya bersifat normal”, ujar Reni. Walaupun akan terjadi kemarau basah, akan tetapi ketika mencapai puncak musim kemarau potensi kekeringan juga akan terjadi yang dimana daerah Topografinya seperti pesisir pantai dan tandus imbuhnya.
Turut hadir sebagai narasumber, Kepala Seksi Pengembangan Sarana dan Prasarana Sumber Daya Air dan Drainase Bidang Sumber Daya Air dan Drainase DPUPESDM DIY, Supriyanto, ST., MT., memaparkan materi mengenai “Antisipasi dan Upaya Mengatasi Kekeringan”. Kekeringan dapat menjadi bencana alam apabila mulai menyebabkan suatu wilayah kehilangan sumber pendapatan akibat gangguan pada pertanian dan ekosistem yang ditimbulkan. Karena itu kekeringan merupakan suatu hal yang dapat berpengaruh pada ekonomi masyarakat sekitar khususnya yang mempunyai mata pencaharian bercocok tanam, mereka sangat merasakan dampaknya yang membuat tanaman mereka menjadi kekurangan air yang mengakibatkan menjadi gagal panen yang menimbulkan kerugian secara materil. Beliau juga menyampaikan beberapa point untuk mengantisipasi kekeringan di wilayah DIY, antara lain :
- Operasi jaringan irigasi yang berfokus pada pencatatan debit sungai pada bangunan pengambilan dilakukan 2 kali setiap hari pada waktu pagi dan juga sore dengan menggunakan blangko 08-O oleh Petugas Operasi Bandung (POB) baik yang dialirkan ke jaringan primer maupun yang limpas bendung. Hal ini dilakukan guna mengetahui apakah debit yang tersedia sesuai dengan yang direncanakan.
- Program yang dilakukan adalah peningkatan dan pemeliharaan jaringan irigasi primer dan sekunder.
- Program peningkatan jaringan irigasi tersier.
- Pemeliharaan dan rehabilitasi embung untuk konservasi dan air baku di beberapa wilayah di Kabupaten Sleman, Kulon Progo, Gunungkidul, dan Bantul.
- Pengadaan sumur air tanah untuk air baku dengan melakukan pengeboran eksplorasi air tanah dan pembuatan sumur resapan konservasi air tanah di 3 Kabupaten, yaitu di Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Gunungkidul.
- Penyediaan infrastruktur air minum pada kawasan permukiman di Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul.
Selain dari konstruksi pekerjaan di atas, DPUPESDM DIY juga melakukan pengendalian kekeringan dengan memanfaatkan sumber daya manusia yang ada dengan mengerahkan petugas siaga kekeringan (24 jam) yang berjumlah 130 orang.
DPUPESDM DIY juga menyediakan sarana dan prasarana pengendalian kekeringan dengan menyediakan peralatan radio panggil sebanyak sebanyak 15 unit dan Handy Talky (H.T) sebanyak 19 unit. Selain itu juga mendirikan Pos Pengamatan Hujan dan Data Hujan yang tersebar di 34 titik lokasi, kemudian Pos Klimatologi dan Data sebanyak 5 titik lokasi, Pos AWLR sebanyak 18 titik lokasi, Pos Geohidro/PDAT sebanyak 6 titik lokasi.
Dalam rapat koordinasi ini pula disampaikan mengenai kesiapan logistik Dinas Sosial untuk penanganan kekeringan DIY oleh Bagian Penyuluh sosial/Sub. Koordinasi Seksi Penanganan Korban Bencana Alam dan Sosial Dinas Sosial DIY, Subakir, S.Sos. Dinas Sosial akan menyiapkan 2 jenis logistik yang nantinya akan disalurkan kepada korban bencana kekeringan, yaitu diantaranya logistik air bersih dan juga bantuan kebakaran. Dalam logistik air bersih, Dinas Sosial akan mengirimkan ke beberapa daerah kabupaten di Yogyakarta seperti Sleman, Kulon progo, Bantul, Gunungkidul. Penyaluran akan dilaksanakan dengan tangki bantuan dengan total 750 tangki. Dilaksanakan dalam waktu 110 hari dengan periode bulan Juli-Oktober 2022. Selain itu, kesiapan bantuan kebakaran juga akan disiapkan. Bantuan tersebut berupa perlengkapan pakaian balita, anak sekolah hingga perlengkapan kebersihan, tenda dan juga sembako. Akan tetapi, masih ada kendala yang dihadapi oleh beberapa pihak yaitu banyak wilayah yang belum memiliki jaringan air dan tampungan kolektif sehingga proses distribusi lebih lama. Selain itu faktor musim yang tidak dapat diprediksi, yang akan menghambat jalannya proses distribusi.
Dengan adanya rapat ini, tentunya akan ada solusi terkait dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat yang harus terpenuhi ketika terjadi bencana kekeringan saat musim kemarau tiba. Hal tersebut tentunya akan berjalan ketika didukung oleh instansi terkait yang berwenang terhadap penyaluran kebutuhan masyarakat, baik itu penyaluran air bersih maupun logistik bencana kebakaran. (Lutf)
0 Comments