Yogyakarta 16, september 2019. Daerah Istimewa Yogyakarta, hasil analisis BMKG mengalami kekeringan meteorologi yakni mengalami hari tanpa hujan lebih dari 60 hari, maka berpotensi mengalami kekeringan di daratan. Kondisi perairan di Indonesia khususnya DIY masih dingin, bahkan masih akan dingin sampai bulan November. Pada dasarian I November nanti diperkirakan bahwa perairan di Indonesia akan hangat dan terjadi penguapan air mulai terjadi, hal itulah yang akan berpengaruh pada kemungkinan hujan di DIY. Saat ini Daerah Istimewa Yogyakarta masih dalam kondisi warna merah/kekeringan ekstrim (meteorologi), meski tidak semua daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta tidak mengalami hujan. Beberapa daerah seperti Sleman dan Kulonprogo masih mengalami hujan walaupun tidak deras.
Kekeringan di DIY telah terjadi sejak Mei 2019 hingga saat ini terus bertambah daerah yang mengajukan permohonan pendistribusian air. Sebagai langkah penanganan jangka pendek, Pemerintah di bantu lembaga dan swadaya masyarakat melakukan distribusi air kepada masyarakat. Beberapa upaya juga telah dilakukan untuk mengurangi dampak kekeringan di DIY. Misalnya di Pathuk, sampai akhir tahun 2018 telah terbangun sumur BOR sebanyak 175 unit di daerah-daerah yang sulit air. 100 unit dibangun oleh Kementrian ESDM, sedangkan 75 unit dibangun oleh Pemda DIY. Selain itu untuk pencegahan lebih lanjut dilakukan pelaksanaan program atau kegiatan perlindungan dan pelestarian air tanah.
Laporan situasi saat ini dibeberapa daerah yaitu Kabupaten Bantul Siaga Darurat, Kabupaten Gunungkidul Siaga Darurat, dan Kabupaten Kulon Progo Tanggap Darurat. Penanganan kekeringan di Kulon Progo dari BPBD, Dinas sosia,l PMI dan sumber lainnya. kendala di Kulon Progo yakni keterbatasan armada yakni 5 tanki dari BPBD, Dinsos dan PMI. Kendala lain adalah sumber air yang dapat di ambil saat ini di PMI dan Sermo yang letaknya jauh dengan lokasi yang akan di distribusi. Beberapa sumber yang sebelumnya dapat di ambil sekarang beralih fungsi sebagai tempat wisata yang tidak dapat diambil lagi airnya. Sulitnya medan juga menjadi tantangan tersendiri dalam distribusi air bersih. Jika dibandingkan dengan di Gunungkidul, maka Kulon Progo Harga air dan biaya operasionalnya lebih tinggi. BPBD Kulon Progo menyiapkan rencana jangka panjang bekerjasama dengan DPU dan PDAM akan lakukan upaya menaikkan air Sungai Progo melewati Samigaluh.
Untuk Kabupaten Bantul sudah melakukan dropping sejak bulan Mei namun hanya penanganan jangka pendek. Sekitar 412 tangki sudah di salurkan ke masyarakat dari berbagai sumber di Bantul. Dengan menggunakan 2 armada dan masih kekurangan operasional tangki, Kabupaten Bantul telah menginventaris sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh desa yang berprioritas mendapatkan air bersih. Sedangkan untuk Kabupaten Sleman BPBD sudah mulai melakukan dropping air karena permintaan warga. Jika ada pengeboran sumur BPBD Sleman mengusulkan untuk dilakukan di wilayah Prambanan khususnya daerah Sambi.
(Annas/MC BPBD DIY)
0 Comments