Yogyakarta, 08 April 2019. Tahukah kamu, Indonesia memiliki apa yang dinamakan Hari Kesiapsiagaan Bencana yang jatuh pada tanggal 26 April setiap tahunnya. Apa itu? Hari Kesiapsiagaan Bencana adalah inisiasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Tujuannya adalah untuk mengajak semua pihak meluangkan waktu satu hari untuk melakukan latihan kesiapsiagaan bencana secara serentak. Dengan adanya Hari Kesiapsiagaan Bencana, diharapkan bisa membudayakan latihan secara terpadu, terencana dan berkesinambungan guna meningkatkan kesadaran, kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat menuju Indonesia Tangguh Bencana.
Lalu apa pentingnya Hari Kesiapsiagaan Bencana? Sejak disahkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana pada tanggal 26 April 2007 maka terjadi perubahan paradigma penanggulangan bencana dari perspektif responsif ke preventif. Perubahan paradigma sendiri harus diikuti dengan perubahan pola perilaku kita, dimana kita perlu berperan aktif menjaga keseimbangan alam dengan memperhatikan aspek kelestariannya serta mempunyai perilaku yang aman bencana (safety culture). Perlunya gerakan aksi bersama meningkatkan kapasitas pemerintahan, organisasi, masyarakat, komunitas, keluarga dan individu agar mampu menanggapi suatu situasi bencana secara cepat dan tepat melalui melalui edukasi kebencanaan dan simulasi latihan penanganan bencana secara berkala dan berkesinambungan sesuai arahan Presiden Republik Indonesia. Tidak hanya itu, perlunya latihan kesiapsiagaan dari tingkat yang paling kecil yaitu keluarga dan RW sebagaimana arahan Kepala BNPB.
Tahun 2019, Hari Kesiapsiasiagaan Bencana kembali dilaksanakan bertujuan untuk “Membangun kesadaran (awareness) dan kewaspadaan masyarakat terhadap bencana dengan cara membangun partisipasi semua pihak”. Dalam latihan kesiapsiagaan serentak diharapkan masyarakat Indonesia dapat berpartisipasi, mulai lingkup terkecil yaitu lingkungan keluarga, komunitas, sekolah/ madrasah/ kampus, lembaga (pemerintah/ swasta/ lembaga usaha), untuk ikut berpartisipasi melalui berbagai kegiatan kesiapsiagaan bencana seperti edukasi kebencanaan, simulasi evakuasi mandiri, geladi lapang, uji sirine, dll yang dilaksanakan secara serentak.
Pada situasi darurat diperlukan pengambilan keputuasan yang cepat dan tepat untuk mengurangi dampak buruk bencana sehingga kapasitas dan kapabilitas semua pihak terkait kesiapsiagaan bencana perlu dibangun melalui kegiatan latihan kesiapsiagaan secara berkala. Latihan kesiapsiagaan penting dilakukan oleh individu, keluarga dan komunitas agar kita memiliki insting kesiapsiagaan sehingga pada akhirnya “Seluruh Orang Yang Tinggal Di Wilayah Indonesia Selamat Dari Bencana”.
Nah, tema yang diusung HKB 2019 ini adalah “Kesiapsiagaan Dimulai Dari Diri, Keluaga Dan Komunitas” , karena belajar dari beberapa pengalaman bencana sangat jelas bahwa faktor yang paling menentukan adalah penguasaan pengetahuan penyelamatan yang dimiliki oleh “diri sendiri”, keluarga dan komunitas di sekitarnya.
Pelaksanaan HKB 2019 secara khusus mendorong keterlibatan kaum perempuan terutama peran para ibu dalam membangun ketangguhan keluarga dalam menghadapi situasi darurat bencana lebih digalakan. Saat bencana kaum ibulah yang paling rentan terkena dampak karena selain harus menyelamatkan dirinya sendiri, seorang ibu juga harus berpikir akan keselamatan anak-anak dan anggota keluarga lainnya. Dampak negatif ketika terjadi bencana diharapkan dapat ditekan melalui peningkatan peran perempuan. Rangkaian kejadian bencana yang terjadi di beberapa negara menunjukkan bahwa perempuan dan anak-anak berisiko meninggal 14x lebih besar dari pria dewasa (Peterson, 2007). Pada kejadian Cyclone di Bangladesh pada 1991 yang berdampak pada korban jiwa dimana 90
0 Komentar