Yogyakarta, 20 Oktober 2019. Berdasarkan informasi dari BMKG terkait dengan prakiraan musim kemarau tahun 2019, bahwa awal musim kemarau di wilayah D.I. Yogyakarta mulai terjadi pada pertengahan Bulan April hingga Mei 2019. Diprakirakan puncak musim kemarau akan berlangsung di Bulan Agustus 2019 dan periode pancaroba (peralihan musim kemarau ke musim hujan) berlangsung di Bulan September-Oktober 2019. Kemudian awal musim hujan diprakirakan mulai Oktober Dasarian III - November Dasarian III.
D.I. Yogyakarta telah terjadi kekeringan sejak Bulan Mei 2019 hingga saat ini. Berdasarkan keterangan dari BMKG, kekeringan yang dimaksud adalah kekeringan meteorologis yaitu berkurangnya curah hujan dari keadaan normalnya dalam jangka waktu yang Panjang (bulanan, dua bulanan, tiga bulanan dst). Daerah terdampak kekeringan, yaitu Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulonprogo, dan Kabupaten Sleman. Kota Yogyakarta masih tergolong aman kekeringan. Wilayah terdampak kekeringan mencapai 39 Kecamatan 108 Desa di D.I. Yogyakarta. Situasi ini ditanggapi oleh pemerintah maupun swasta dengan melakukan droping air bersih di wilayah terdampak.
Kabupaten Gunungkidul menjadi wilayah pertama yang terdampak kekeringan. Keadaan ini dikuatkan oleh Bupati Gunungkidul dengan mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 153/KPTS/2019 pada 9 Mei 2019 menyatakan bahwa Siaga Darurat Kekeringan. Wilayah terdampak kekeringan mencapai 18 kecamatan 68 desa. Sampai saat ini telah dilakukan droping air bersih sebanyak 41.623.000 Liter. Sebaran titik droping air bersih yaitu Kecamatan Paliyan (2.725.00 L), Semin (575.000 L), Girisubo (6.360.000), Semanu (450.000 L), Saptosari (956.000 L), Ngawen (1.100.000 L), Nglipar (1.110.000 L), Rongkop (5.511.000 L), Tanjungsari (4.730.000 L), Tepus (4.505.000 L), Ponjong (2.155.000 L), Gedangsari (2.451.000 L), Karangmojo (65.000 L), Patuk (1.265.000 L), Panggang (4.921.000 L), Wonosari (10.000 L), Playen (24.000 L), dan Purwosari (2.710.000 L).
Kabupaten Bantul telah melakukan droping air besih sejak Bulan Mei 2019. Kemudian dikukuhkan keadaan menjadi Siaga Darurat Kekeringan dengan Surat Keputusan Nomor 331/2019 pada tanggal 12 Juli 2019. Wilayah terdampak di Kabupaten Bantul mencapai 11 Kecamatan 18 Desa. Total droping air bersih sampai saat ini sebanyak 3.323.000 Liter. Sebaran titik droping air bersih yaitu Kecamatan Imogiri (1.215.000 L), Piyungan (375.000 L), Dlingo (1.500.000 L), Kasihan (20.000 L), Pundong (40.000 L), Banguntapan (5.000 L), Pajangan (15.000 L), Sedayu (9.000 L), Pleret (115.000 L), Segoroyoso (4.000 L), dan Pandak (25.000 L).
Kabupaten Kulonprogo juga mengalami kekeringan dengan dikuatkan Surat Keputusan Nomor 311/B/2019 pada tanggal 9 September 2019. Wilayah terdampak sebanyak 9 Kecamatan 20 Desa. Droping air bersih yang telah dilakukan sebanyak 1.037.000 Liter. Sebaran titik droping yaitu Kecamatan Girimulyo (260.000 L), Kalibawang (90.000 L), Nanggulan (10.000 L), Lendah (15.000 L), Sentolo (10.000), Panjatan (5.000 L), Pengasih (25.000 L), Kokap (180.000 L), dan Samigaluh (442.000 L).
Meski Kabupaten Sleman tidak mengeluarkan Surat Keputusan Kekeringan dari pemerintah setempat, namun ada beberapa daerah yang mengajukan permintaan droping air karena kesediaan air bersih tidak mencukupi. Daerah tersebut yaitu Kecamatan Prambanan dan Moyudan. Total desa terdampak sebanyak 5 desa dan telah dilakukan droping air bersih sejumlah 2.710.000 Liter. Sebaran droping air bersih yaitu Kecamatan Prambanan (2.655.000 L) dan Moyudan (55.000 L).
Update data droping air bersih per 18 Oktober 2019, Pusdalops PB BPBD DIY.
(Media Center BPBD DIY)
0 Komentar