Yogyakarta, 13 Juni 2019. Musim kemarau mulai terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. Tak terkecuali di D.I.Yogyakarta yang diperkirakan mengalami puncak musim kemarau tahun ini pada bulan Agustus. Dikutip dari BMKG Stasiun Klimatologi Mlati Yogyakarta prakiraan puncak musim kemarau 2019 bahwa seluruh wilayah di D.I.Yogyakarta merata pada bulan Agustus.
Selain itu BMKG juga memberikan himbauan yaitu adanya potensi kurangnya ketersediaan air untuk pertanian dan waduk, dan bijak menggunakan air.
Beberapa Kabupaten di wilayah D.I.Yogyakarta telah mengalami kekurangan air bersih. Dikutip dari tribunnews berdasarkan pantauan BPBD Kabupaten Bantul bahwa sudah ada dua desa di Bantul yang mengajukan permohonan droping air bersih. Hingga 12 Juni 2019 sudah ada droping air bersih dari BPBD Kabupaten Bantul masing-masing tiga kali.
Menurut Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bantul memprediksi ada tujuh kecamatan di Bantul yang berpotensi mengalami kekeringan, antara lain Kecamatan Dlingo, Pleret, Pundong, Pandak, Kasihan, Imogiri dan Piyungan.
Di awal bulan Juni 2019, BPBD Kabupaten Gunungkidul telah memulai droping air bersih di beberapa wilayah Gunungkidul. Dikutip dari website resmi BPBD Kabupaten Gunungkidul, ada 3 kecamatan yang telah dilakukan droping air bersih dari tanggal 1 s/d 4 Juni 2019 yaitu Girisubo, Paliyan dan Rongkop. Total 64 rit telah disalurkan ke masyarakat. Selain itu pada tanggal 13 s/d 15 Juni 2019, akan dilakukan droping air bersih di tiga kecamatan yaitu Rongkop, Tepus, Paliyan.
BPBD DIY tetap melakukan pantauan terhadap wilayah yang terdampak kekurangan air bersih dengan berkoordinasi dengan BPBD Kabupaten Kota agar droping air bersih tepat sasaran. Pihak BPBD DIY siap membantu droping air apabila BPBD Kabupaten Kota memerlukan.
Selama musim kemarau ini, BPBD akan terus berupaya menanggulangi kekurangan air bersih ini dengan bekerjasama antar instansi seperti Dinas Sosial dan Lembaga yang bisa membantu menyuplai air bersih untuk memenuhi kebutuhan hidup warga.
Berikut ini adalah tips saat menghadapi kesulitan air bersih yang diolah dari berbagai sumber :
1. Melapor dan meminta bantuan air bersih pada pihak yang berwenang.
2. Mengatur jadwal penggunaan air yang masih ada.
3. Menghitung jumlah air bersih yang dibutuhkan tiap orang dan tiap hari. Berdasarkan The Sphere Handbook : Humanitarian Charter and Minimum Standards in Humanitarian Response bahwa kebutuhan air bersih 7.5 - 15 liter/orang/hari. Dengan rincian untuk makan dan minum memerlukan 2.5 – 3 liter/orang/hari, kegiatan kebersihan 2-6 liter/orang/hari, memasak 3-6 liter/orang/hari.
4. Memastikan sumber air bersih yang telah digunakan dapat digunakan kembali sebagai contoh untuk irigasi pertanian.
5. Mengetahui penyedia air bersih terdekat agar memudahkan dalam distribusi air bersih.
6. Simak informasi terkini dari radio, televisi, media online dan sumber informasi resmi dari pemerintah.
Sumber foto : BPBD Gunungkidul
(Denish N/MEDIA CENTER BPBD DIY/Anast)
0 Komentar