Selasa, 1 Juni 2021. Pandemi virus Corona tidak hanya mengancam kesehatan fisik, namun juga kesehatan mental setiap individu. Tidak hanya rasa takut, efek psikologis yang ditimbulkan pun bisa berdampak serius.
Wabah infeksi virus Corona atau COVID-19 semakin meluas dan telah menjangkit lebih dari 220 negara, termasuk Indonesia. Di Indonesia sendiri, jumlah pasien positif COVID-19 bertambah dengan cepat.
Hal tersebut tentu dapat menimbulkan rasa takut dan panik. Apalagi anjuran untuk diam di rumah serta kebijakan social distancing, yang kini disebut physical distancing, sedikit banyak menimbulkan jarak secara emosional antara keluarga, sahabat, rekan kerja, teman, atau umat persekutuan di tempat ibadah yang dapat saling memberi dukungan.
Bagi sebagian orang, hal ini bisa dirasakan sebagai suatu tekanan atau beban yang sangat besar. Bila tidak dikendalikan, tekanan tersebut akan berdampak negatif pada kesehatan mental.
Gangguan kesehatan mental yang terjadi selama pandemi dapat disebabkan oleh berbagai hal, seperti ketakutan terhadap wabah, rasa terasing selama menjalani karantina, kesedihan dan kesepian karena jauh dari keluarga atau orang yang dikasihi, kecemasan akan kebutuhan hidup sehari-hari, ditambah lagi kebingungan akibat informasi yang simpang siur.
Hal-hal tersebut tidak hanya berdampak pada orang yang telah memiliki masalah kesehatan mental, seperti depresi atau gangguan kecemasan umum, namun juga dapat memengaruhi orang yang sehat secara fisik dan mental.
Banyak perubahan hidup terjadi selama pandemi COVID-19. Setiap orang harus beradaptasi dengan kebiasaan baru dalam kehidupan sehari-hari, seperti memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Selain kesehatan fisik, dibutuhkan kesehatan jiwa demi keberhasilan kita bertahan di masa yang penuh tantangan ini.
MERAWAT DIRI SENDIRI
Jangan lupa Bahagia. Mulailah merawat diri sendiri, menjaga kesehatan dan kesejahteraan pribadi, karena Anda tidak dapat membantu orang lain jika Anda sendiri merasa tertekan. Jagalah pikiran tetap jernih demi kesehatan jiwa dan raga. Jaga pola makan, tidur yang cukup, dan lakukan olahraga ringan setiap hari. Luangkan waktu bersama keluarga dan ceriakan hari-hari Anda di dalam rumah. Lakukan kegiatan yang menyenangkan dan disukai (hobi), membaca buku, atau kegiatan kreatif seperti kerajinan tangan dan seni. Luangkan waktu lima menit untuk berbicara dengan teman, keluarga, atau orang yang Anda percaya tentang perasaan Anda. Cobalah relaksasi dan kegiatan bersantai, bernapas dengan perlahan, meregangkan otot, melakukan pijatan, tidur siang atau mandi air hangat. Berdoalah untuk mengurangi rasa cemas, ganti kekhawatiran dengan lebih banyak berpikir positif dan memohon kekuatan serta pertolongan dari Allah SWT.
MEMBUAT ORANG LAIN MERASA NYAMAN
Banyak orang merasa tertekan, terisolasi, takut, dan bingung selama pandemi COVID19. Dukungan psikologis sangat penting di masa sulit ini untuk membantu orang lain merasa lebih nyaman. Jika seseorang merasa diberi dukungan dan perhatian, kesembuhan fisik dan emosionalnya akan semakin baik. Siapa pun membutuhkan dukungan selama pandemi COVID-19 ini, baik orang yang tertular COVID-19, yang kehilangan seseorang akibat COVID19, yang sedang merawat orang dengan COVID-19, yang telah pulih dari COVID-19, atau masyarakat umum yang terdampak oleh pembatasan-pembatasan sosial.
Mari belajar membantu orang lain agar mereka merasa didukung. Beberapa Langkah kecil dalam kehidupan sehari-hari dapat mengubah perasaan orang-orang di sekitar Anda. Agar dapat merasakan dukungan yang Anda berikan, seseorang perlu terlebih dahulu mempercayai dan merasa nyaman dengan Anda. Mendengarkan adalah bagian terpenting dalam komunikasi suportif. Jangan paksa lawan bicara untuk berbicara jika tidak mau. Jangan langsung menasihati, tetapi berilah kesempatan berbicara tanpa diburu-buru dan dengarkan teliti sehingga Anda dapat memahami benar situasi dan kebutuhan mereka, membantu mereka merasa tenang, dan dapat memberikan pertolongan yang tepat dan bermanfaat bagi mereka. Lihatlah lawan bicara Anda, jangan membelakangi, melihat lantai atau ponsel saat ia sedang berbicara. Gunakan kontak mata yang sesuai untuk membantu lawan bicara merasa santai dan merasa didengar. Gunakan kalimat-kalimat yang menunjukkan empati atas rasa kehilangan atau perasaan berat yang disampaikan oleh lawan bicara.
Tetaplah memakai masker dan menjaga jarak untuk mengurangi risiko infeksi COVID19, misalnya mengadakan pembicaraan di ruang yang besar, dengan pembatas, atau melalui telepon. Jangan tempatkan diri Anda atau orang lain dalam risiko infeksi COVID-19 dengan mengabaikan protokol kesehatan. Jika merasa tidak berdaya membantu orang lain, jangan menyalahkan diri Anda. Biarkan orang lain dengan keahlian yang lebih spesialis, seperti dokter, perawat, konselor, psikolog klinis dan dokter spesialis jiwa atau psikiater untuk mengambil alih. Hubungkan orang tersebut secara langsung dengan dukungan, atau pastikan orang tersebut memiliki informasi kontak dan instruksi yang jelas untuk mendapat pertolongan tambahan. Selamat Hari Kesehatan jiwa.
foto : istimewa
Sumber : dr. Herlina Pohan, M.Sc.,Sp.KJ
0 Komentar