Yogyakarta, 20 Mei 2019. Berdasarkan pantauan BMKG terkait awal musim kemarau 2019, bahwa datangnya musim kemarau berkaitan erat dengan peralihan Angin Baratan (Monsun Asia) menjadi angin Timuran (Monsun Australia). Peralihan peredaran angin monsun itu akan dimulai dari wilayah Nusa Tenggara pada Maret 2019, lalu wilayah Bali dan Jawa pada April 2019, kemudian sebagian wilayah Kalimantan dan Sulawesi pada Mei 2019 dan akhirnya Monsun Australia sepenuhnya dominan di wilayah Indonesia pada bulan Juni hingga Agustus 2019.
Musim kemarau menurut ilmu geografi merupakan salah satu musim yang terjadi pada negara yang memiliki iklim tropis. Hal ini bisa terjadi karena adanya gerakan angin muson timur yang melewati Indonesia. Proses angin muson ini adalah angin dari belahan bumi utara, yang mana menyebabkan benua Australia dalam keadaan dingin sehingga tekanannya maksimum. Hal ini menyebabkan benua Asia dalam keadaan panas, sehingga tekanannya minimum. Karena angin akan bertiup dari tekanan maksimum ke tekanan minimum, maka arah perjalanan angin dari Australia ke Asia menuju ke daerah garis khatulistiwa (Indonesia). Arah perjalanan mata angin tersebut melalui gurun pasir bagian utara Australia yang panas dan kering, sehingga sampai di Indonesia hanya musim kemarau.
Menghadapi musim kemarau di wilayah DIY, maka berikut ini adalah tips menghadapi musim kemarau agar hunian tetap nyaman saat musim kemarau yang dirangkum dari beberapa sumber.
1. Siapkan persediaan air sebelum kemarau tiba, terutama untuk kebutuhan air bersih seperti makan, minum, dan mandi.
2. Melakukan pengecetan ulang menggunakan cat khusus yang memiliki daya tahan lebih kuat terhadap sinar matahari.
3. Untuk meminimalisir masuknya udara panas perlu memperhatikan langit-langit dan loteng rumah.
4. Jika tidak menggunakan AC, untuk sirkulasi udara bisa membiarkan beberapa jendela rumah terbuka
5. Menghalau sinar matahari menggunakan tirai/gorden.
Sumber gambar : BMKG
(Denish N/MEDIA CENTER BPBD DIY/Annas Syafa'at)
0 Komentar