Selasa, 25 Januari 2022 mulai pukul 09.21 dilaksanakan Rapat Koordinasi Penanganan Bencana selama musim penghujan di DIY bertempat di Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD DIY, Jalan Kenari 14A, Semaki, Kota Yogyakarta. Rapat Koordinasi ini dihadiri oleh beberapa instansi yang selama ini selalu terlibat dalam proses penanganan maupun mitigasi bencana di DI Yogyakarta, seperti dari BPBD Kabupaten dan Kota, BMKG, Basarnas, Pol-PP, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Dinas Perizinan dan Penanaman Modal DIY, Dinas Lingkungan Hidup DIY dan Dinas PU.
Rapat dibuka oleh Bapak Lilik Andy Aryanto, SIP, M.M sebagai Kepala Bidang Penanganan Darurat BPBD DIY dan kemudian dilanjutkan dengan pemaparan beberapa kondisi yang diamati oleh masing-masing institusi yang terlibat.
Terpantau oleh Stasiun Meteorologi YIA, dilaporkan oleh Bapak Warjono bahwa prakiraan cuaca menurut indeks ENSO bulan Januari 2022 sebesar -1.10 (La Nina) atau basah lemah hingga moderat akan berlangsung hingga bulan Juni, Juli hingga Agustus 2022. Untuk MJO (Madden Jullian Oscillation) hingga tgl 18 januari 2022 masih berada di fase netral, dimana pergerakan dari barat ke timur tidak ada penambahan curah hujan yang siginifikan. Angin barat berhembus cukup kuat pada bulan Februari - Maret 2022 sehingga potensi hujan lebat semakin tinggi, hingga banjir. Sedangkan untuk curah hujan sangat tinggi ada di daerah Kabupaten Sleman (kawasan utara DIY) pada bulan Januari hingga Februari 2022 ini. Perkiraan ini mengakibatkan adanya potensi banjir dengan kategori sedang di bagian Kota Yogyakarta dan bagian timur Gunungkidul, dan kategori rendah di kawasan Kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulon Progo.
Adanya potensi La Nina, curah hujan tinggi, uap air dan potensi angin berhembus cukup kencang harus ada peningkatan kewaspadaan dengan warning dari Staklim "warning sesaat, kurang lebih 1-2 jam" dari bulan Januari, Februari hingga Maret di wilayah DIY.
Dari BPBD Sleman menginformasikan potensi banjir lahar dari gunung Merapi di daerah Sleman cukup kecil namun dampaknya cukup besar khususnya fasilitas jaringan air bersih. Untuk aliran lahar di sungai Gendol dan Krasak telah diberikan alur sehingga dampak dapat diminimalisir. Sementara itu untuk sungai Boyong kemungkinan dampak akan terasa pada banjir lahar dan longsor tebing. Saat ini pipa air bersih ditempel pada tebing sehingga jika longsor maka jalur air akan terputus, namun dampaknya diperkirakan tidak sampai Kota Yogyakarta.
BPBD Sleman juga melaporkan beberapa fenomena yang perlu diperhatikan yang terjadi di kawasan Sleman. Yang pertama, oleh karena banyaknya longsoran yang terjadi di Lereng Merapi mengakibatkan berubahnya morfologi. Selain itu sungai orde 3 dan 4 banyak yang meluap, terjadi penyumbatan di daerah jembatan. Bahkan tercatat dampak langsung yang dialami oleh TK Bina Harapan dan SD Brengosan tergenang hingga tembok ambrol. Beberapa jalan umum juga tergenang air oleh karena kurangnya drainase. Pembuatan rumah di tepi sungai dan kelompok renta yang terdampak dari luapan sungai juga terjadi di beberapa titik. Hal yang cukup dirasakan adalah perubahan lahan pertanian menjadi pemukiman di kawasan Prambanan cukup signifikan namun tidak diimbangi dengan pengembangan drainase yang cukup ideal. Sehingga perlu diperhatikan untuk membuat drainase yang ideal untuk mengantisipasi banjir
Sementara itu oleh karena beberapa kali terjadi robohnya reklame saat terjadi bencana hidrometeorologi, maka Dinas Perizinan dan Penanaman Modal DIY juga turut memberikan kontribusinya dengan usaha penertiban reklame di jalan-jalan provinsi sesuai kewenangannya. Karena beberapa kali terjadi pengajuan ijin dengan titik pemasangan jumlahnya bisa berlipat beberapa kali lipat. Sementara itu dari Pol-PP mengusulkan untuk penertiban reklame yang berpotensi membahayakan atau tidak sesuai dengan prosedur pemasangan yang berlaku, walupun telah berijin. Apalagi untuk reklame yang tidak berijin (illegal) tentunya harus ditindak melalui operasi yustisi.
Satpol PP, Basarnas dan BPBD siap siaga membantu dalam mitigasi maupun penanganan bencana di berbagai wilayah di DIY selama 24 jam, khususnya di puncak musim penghujan yang perlu diantisipasi bila terjadi anomali cuaca, seperti angin siklon.
Dari BPBD Kulon Progo melaporkan terjadinya beberapa kejadian tanah longsor dan pohon tumbang yang memerlukan bantuan penanganan alat berat yang bisa dikoordinasikan dengan PU. sementara itu menurut Dinas Sosial, adanya korban dari beberapa bencana tanah longsor dan pohon tumbang di Kulon Progo dapat dibantu melalui 14 lumbung sosial yang dapat didorong langsung kepada korban melalui tiap kapanewon. Tahun kemarin sudah mulai direncanakan untuk santunan dan bantuan penanggulangan bencana untuk korban meninggal, luka berat dan kerusakan rumah. Diharapkan nantinya korban bencana bisa dibantu oleh Jamkesos, khususnya untuk orang miskin (ber-KTP DIY) dan orang terlantar.
Secara umum, sampai dengan bulan Februari diperkirakan masih dalam rentang puncak musim hujan serta kondisinya diperkirakan lebih ekstrim dibandingkan dengan tahun 2021 kemarin. Musim pancaroba diperkirakan akan dimulai pada bulan April 2022. Diharap semua pihak terkait dapat membantu dan senantiasa siap siaga dalam menghadapi potensi bencana di musim hujan ini. (Bert)
**
0 Komentar