Yogyakarta 30 Desember 2021. Sepanjang tahun 2021, Daerah Istimewa Yogyakarta telah melewati berbagai kejadian. Hasil penghimpunan data Pusdalops PB DIY selama 2021 tercatat sebanyak 1.015 laporan dengan kategori 824 kejadian, 69 bencana dan 122 kejadian lain-lain sehingga akumulasi kejadian dan kebencanaan sebanyak 893. Pengkategorian tersebut telah dilakukan verifikasi hingga 21 Desember 2021 dengan penggabungan kejadian lintas wilayah.
Kejadian kebencanaan di wilayah DIY didominasi oleh kejadian tanah longsor sebanyak 338 titik selanjutnya gempa bumi sebanyak 217 kali (203 tidak terasa dan 14 terasa), angin kencang 148 kali, 155 kebakaran permukiman dan bangunan, 18 kali kebakaran lahan, 11 kali banjir, 3 kali banjir lahar hujan, 2 kali letusan gunung api dan 1 kejadian pandemi yang telah berlangsung sejak 2020. Dari seluruh kejadian kebencanaan tersebut, sebanyak 69 dikategorikan sebagai bencana meliputi 18 kali angin kencang, 2 kali letusan gunung api, 2 kali kebakaran, 46 titik tanah longsor, dan 1 kali pandemi.
Sebaran kejadian kebencanaan berdasarkan wilayah kejadian atau wilayah terdampak adalah Kabupaten Kulon Progo sebanyak 452 kali kejadian atau sebesar 25%. Sehingga Kabupaten Kulon Progo menjadi wilayah paling terdampak selama 2021. Selanjutnya Kabupaten Bantul sebanyak 438 kali kejadian atau 24% dari seluruh wilayah terdampak kejadian di DIY. Kabupaten Gunungkidul sebanyak 325 kejadian atau 18%. Kabupaten Sleman sebanyak 299 kali kejadian atau 17% dan wilayah Kota Yogyakarta terdampak 283 kali kejadian atau 16%. Jika dilihat data perwilayah, angka menjadi lebih tinggi dikarenakan banyaknya kejadian lintas wilayah seperti gempa bumi, angin kencang dan banjir.
Dari seluruh kejadian kebencanaan yang terjadi kecuali pandemi Covid-19 di DIY sedikitnya ada 1.950 jiwa terdampak serta korban jiwa meninggal dunia sebanyak 9 jiwa, 33 jiwa luka dan 118 harus mengungsi. Jiwa terdampak untuk pandemi belum dapat simpulkan mengingat hampir seluruh jiwa di DIY terdampak serta kondisi masih berlangsung hingga saat ini. Sedangkan untuk fisik sedikitnya 688 rumah rusak, 187 bangunan tergenang, 995 pohon tumbang, 113 tempat usaha rusak, 22 fasilitas pendidikan rusak, 16 rumah ibadah rusak, 111 titik talud rusak, 52 kendaraan rusak, 6 hektare lahan tergenang dan 8 hektare lahan rusak terbakar serta beberapa kerusakan lainnya seperti jaringan listrik, jaringan air, jembatan hingga kandang ternak. Berdasar catatan laporan, dampak kerusakan mencapai Rp. 17.855.240.000,-. Perhitungan ini didasarkan pada hasil asesmen TRC dan BPBD Kab/Kota. Nominal tersebut bukan merupakan nominal kerugian.
Data ini kami disampaikan kepada masyarakat bukan untuk menakut-nakuti, namun untuk kita belajar bersama, bahwa wilayah DIY memiliki banyak ancaman bencana. Sehingga seluruh masyarakat harus tahu ancaman yang ada disekitar kita, mau untuk belajar dan beradaptasi serta mampu menangani, menghadapi, serta mengurangi risikonya. Terlebih saat ini kita masih pada musim penghujan hingga beberapa bulan kedepan. Angka kejadian ini masih sangat memungkinkan bertambah. Pemerintah dan masyarakat harus selalu bersinergi untuk mengenali ancaman, mengurangi kerentanan, meningkatkan kapasitas untuk dapat mengurangi risiko bencana.
0 Komentar