Yogyakarta, 19 Oktober 2023. Adanya El Nino tahun yang lebih kering dari tahun sebelumnya serta pengaruh fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) Positif dengan indeks yang akan bertahan sampai dengan akhir tahun. Hal ini disampaikan oleh Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta, Kondisi hujan tahun ini lebih lambat/mundur sekitar 2-3 dasarian. Prakiraan musim hujan di DIY diprediksi terjadi pada bulan November dasarian I hingga Desember dasarian I. Prakiraan puncak musim hujan di Bulan Februari 2024 dan durasinya selama 13-21 dasarian atau 5 sampai 7 bulan. Musim hujan diprakirakan berakhir pada bulan April dasarian III kecuali Kulon Progo bagian utara di Mei dasarian I.

Antisipasi dampak kondisi tersebut pada kejadian kekeringan meteorologis, kebakaran hutan dan lahan, dan berkurangnya ketersediaan air bersih karena kemarau masih akan berlangsung umumnya wilayah DIY hingga awal November 2023. Upaya pemenuhan kebutuhan air bersih, penyediaan dan pemeliharaan sumber air hingga sosialisasi pola taman terus dilakukan guna menekan angka dampak kekeringan di DIY.

Akibat musim kemarau telah dirasakan di D.I.Yogyakarta, antara lain kekeringan meteorologis yaitu berkurangnya ketersediaan air bersih. Hingga saat ini wilayah yang terdampak sebanyak 56 kalurahan dari 15 Kapanewon di Gunungkidul, 14 Kalurahan dari 8 kapanewon di Bantul, 5 Kalurahan dari 4 Kapanewon di Sleman, dan 17 Kalurahan dari 7 Kapanewon di Kulon Progo.

Distribusi air bersih sebagai Upaya pemenuhan kebutuhan dasar disalurkan oleh Pemda DIY melalui Dinas Sosial, BPBD Tingkat Kabupaten serta Lembaga dan swasta lainnya. Jumlah distribusi air bersih tercatat hingga 17 Oktober 2023 di Kabupaten Gunungkidul sebanyak 19.190.000 L, Bantul 3.475.000 L, Kulon Progo 1.710.000 L, dan Sleman 1.011.000 L. Total DIY sebanyak 25.386.000 L. Selain itu juga dilakukan penanganan dengan pembuatan sumur bor yang dilakukan Dinas PUPESDM DIY sebanyak 23 titik lokasi di 3 Kabupaten yaitu Kulon Progo, Gunungkidul dan Sleman selain itu juga mengelola 25 embung yang ada di DIY. Edukasi dan penyuluhan kepada Masyarakat tentang pola tanam yang sesuai pada saat musim kemarau disampaikan pada tiap kegiatan sosialisasi terutama pada wilayah rawan kekeringan dengan harapan musim kemarau tetap produktif dan dapat meninimalisir dampak ikutan lainnya.

Sejauh ini empat kabupaten di DIY telah menetapkan status siaga darurat tingkat Kabupaten. Pencatatan dan monitoring serta evaluasi dilakukan untuk memastikan penanganan kekeringan di wilayah DIY dapat tertangani dengan baik. Dari data kejadian kekeringan dan dampak yang terjadi di DIY dapat dijadikan evaluasi untuk penyusunan kebijakan penanggulangan kekeringan ke depannya. Seluruh pihak dapat perlu menjadikan data kekeringan dan droping air sebagai acuan mitigasi bencana dari skala Kalurahan, Kapanewon/Kemantren hingga Kabupaten/Kota.

Musim kemarau ini juga penting untuk menyiapkan diri dalam menghadapi musim penghujan kedepan. Prakiraan musim penghujan memasuki masa peralihan hingga masa akhir penghujan dari November dasarian I hingga bulan Mei, maka perlu diwaspadai kejadian-kejadian pada periode peralihan musim dan musim penghujan seperti hujan lebat, angin kencang, banjir, banjir bandang, tanah longsor serta kejadian ikutan lainya. Gunung Merapi juga terus mengeluarkan material yang pada musim penghujan dapat terbawa oleh hujan sewaktu-waktu. Sehingga Pemerintah Kabupaten/Kota bersama Masyarakat perlu mengupayakan upaya-upaya kesiapsiagaan dan melakukan Upaya mitigasi terhadap kemungkinan kejadian tersebut seperti kesiapan petugas, pemetaan daerah rawan, pengecekan & pembersihan saluran-saluran air, memangkas dahan pohon, menertibkan dan mengecek kekuatan media publikasi luar ruangan seperti (baliho, spanduk, atribut kampanye) dan tindakan-tindakan mitigasi bencana lainnya.  

Narasumber    : Lilik Andi Aryanto, S.I.P., M.M. (Kepala Bidang PD dan Damkarmat BPBD DIY)
                        : Reni Kraningtyas, S.P. M.Si     (Kepala Stasiun Klimatologi DIY)