Yogyakarta, 19 Mei 2022. Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) telah merilis prakiraan musim kemarau tahun ini.  Berdasarkan buletin Prakiraan Musim Kemarau 2022 di Indonesia yang dirilis oleh BMKG, Prakiraan musim kemarau 2022 pada 342 ZOM di Indonesia menunjukkan bahwa Sebagian besar wilayah diprakirakan mengalami awal musim kemarau 2022 pada kisaran bulan April hingga Juni 2022 sebanyak 261 ZOM atau 76,3% dari 342 ZOM . Jika dibandingkan terhadap rata-ratanya selama 30 tahun (1991-2020), awal musim kemarau 2022 di sebagian daerah yaitu 163 ZOM (47,7%) diprakirakan mundur, sedangkan wilayah lainnya diprakirakan sama terhadap rata-ratanya 90 ZOM (26,3%) dan maju terhadap rata-ratanya sebanyak 89 ZOM (26,0%).

Puncak musim kemarau 2022 di Sebagian besar wilayah ZOM diprakirakan terjadi pada bulan Agustus 2022 sebanyak 181 ZOM (52,9%). Sedangkan di Daerah Istimewa Yogyakarta prakiraan awal musim kemarau 2022 mulai April Dasarian II hingga Juni Dasarian I.

Kepala BMKG Staklim Mlati, Reni Kraningtyas, SP., M.Si. menyampaikan pada pertengahan bulan Mei 2022 ini Sebagian wilayah DIY sudah memasuki periode musim kemarau.  Prakiraan awal musim kemarau 2022 umumnya mundur 1 hingga 2 dasarian. Dijelaskan pula sifat hujan pada musim kemarau diprakirakan bersifat umumnya Atas normal (cenderung agak basah). Sedangkan puncak musim kemarau 2022 di wilayah DIY diprakirakan terjadi pada bulan Juli – Agustus 2022, sehingga berpotensi terjadi kekeringan. Panjang musim kemarau diprediksikan berkisar 14 hingga 19 dasarian.

Berakhirnya musim kemarau diprediksikan pada bulan :

       September dasarian 2  ( Kulonprogo bag. Barat )

       Oktober dasarian 1  ( Kulonprogo bag. Selatan dan Bantul bag. Barat )

       Oktober dasarian 2  ( Kulonprogo bag. Utara dan Sleman bag. Barat )

       Oktober dasarian 3  ( Gunungkidul dan Sleman bag. Utara & Timur )

Reni menuturkan meskipun musim kemarau tahun ini cenderung agak basah tetapi perlu mitigasi menghadapi cuaca dan iklim ekstrem.

Dalam mencegah terjadinya bencana kekeringan, berikut ini merupakan 5 langkah yang dapat dilakukan antara lain :

1. Menggunakan sumber air dengan hemat dan sesuai dengan kebutuhan kita sehari – hari.
2. Melakukan penanaman pohon sebanyak mungkin di lingkungan sekitar rumah kita.
3. Membuat tandon air di pekarangan rumah yang  berfungsi sebagai penampungan air.
4. Memperbanyak daerah resapan air, sekaligus mengurangi penutupan saluran resapan air tersebut dengan plester atau bahkan ubin.
5. Memberikan perlindungan kepada sumber-sumber air bersih yang tersedia, serta melakukan panen dan konservasi air.

Dengan memperhatikan 5 hal  diatas, maka kemungkinan akan terjadinya bencana kekeringan dapat diminimalisir sehingga tidak menimbulkan kurangnya ketersediaan air bagi makhluk hidup yang sangat berbahaya bagi tubuh dan kesehatan kita bersama. (Ekf)