Yogyakarta, 21 Juni 2019. Musim kemarau mulai memasuki wilayah Yogyakarta pada bulan Mei 2019 tetapi beberapa hari terakhir ini, wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta terasa bersuhu dingin. Berdasarkan pantauan BMKG Staklim Yogyakarta, suhu udara dingin pada musim kemarau ini akibat adanya pergerakan massa udara dari Australia dengan membawa massa udara dingin dan kering tersebut ke Asia melewati Indonesia atau disebut dengan Monsoon Dingin Australia.
Dilanjutkan dengan tutupan awan relative sedikit dan pantulan panas dari bumi yang diterima dari sinar matahari tidak tertahan oleh awan, tetapi langsung terbuang dan hilang ke angkasa. Kandungan air didalam tanah menipis, kandungan uap air di udara juga rendah, yang dibuktikan dengan rendahnya kelembaban udara.
Selain menjelaskan mengenai penyebab suhu udara dingin, BMKG juga memberikan prediksi dan himbauan yaitu:
1. Pantauan 5 hari terakhir, suhu udara minimum berkisar 18 - 20 C.
2. Diprakirakan kondisi tersebut berlangsung hingga Agustus mendatang
3. Pada malam hari, gunakan pakaian/selimut yang tebal
4. Suhu pendingin udara ruangan tidak terlalu rendah (suhu ruang)
5. Menggunakan krim/pelembab kulit, supaya tidak terlalu kering
6. Makan cukup dan minum minuman hangat
7. Mencukupi kebutuhan cairan, supaya tidak dehidrasi
8. Terus update informasi dari BMKG DIY
Beberapa hal yang perlu diwaspadai dalam menghadapi suhu udara dingin ini adalah:
1. Potensi peningkatan penyakit pernafasan yang diakibatkan virus/bakteri
2. Kulit dan bibir menjadi kering
3. Mimisan
4. Jika paparan udara dingin terus berlangsung, akan terjadi penurunan suhu tubuh (hipotermia).
Sumber foto : wikimedia
(Denish N/MEDIA CENTER BPBD DIY/Anast)
0 Komentar