Yogyakarta, 22 Juli 2019. Daerah Istimewa Yogyakarta yang terbagi dalam empat kabupaten dan satu kota serta berpenduduk lebih kurang 3.720.912 jiwa pada tahun 2016 (yogyakarta.bps.go.id) merupakan daerah rawan bencana di Indonesia. Sesuai dengan kondisi geografis, geologis, hidrologis dan demografis, memungkinkan terjadi bencana baik yang disebabkan oleh faktor alam, non alam, ataupun faktor manusia. Faktor yang disebabkan oleh alam seperti gempa bumi, tsunami dan gunung meletus, serta faktor non-alam seperti: tanah longsor, banjir, kekeringan, angin topan, saat ini sering terjadi dikarenakan rusaknya lingkungan dan perubahan iklim sehingga mengakibatkan kerugian harta benda, dampak psikologis, dan korban jiwa.
Karena bencana itu kompleks maka membutuhkan alat bantu untuk pemasukkan, penyimpanan, manipulasi, analisis, dan menampilkan kembali kondisi-kondisi alam dengan bantuan data atribut dan keruangan. Hal itu biasa disebut sebagai Sistem Informasi Geografi (SIG), suatu sistem informasi yang didasarkan pada kerja komputer yang memasukkan, mengelola, memanipulasi, dan menganalisa data serta memberikan uraian. SIG dalam penanganan kedaruratan kebencanaan dapat membantu memberikan kejelasan secara visual mengenai seberapa luas daerah yang terdampak dan seberapa besar dampak yang ditimbulkan. Sehingga SIG dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dan tindakan yang tepat.
Dalam rangka pemanfaatan Sistem Informasi Geografi dalam penanggulangan bencana, bertempat di ruang rapat lantai dua BPBD DIY, Bidang Penanganan Darurat BPBD DIY mengadakan rapat koordinasi teknis Pusdalops dengan tema “Sistem Informasi Geografi dalam penanganan kedaruratan kebencanaan”. Rapat yang dibuka oleh Kepala Pelaksana BPBD DIY ini dihadiri oleh perwakilan BPBD Kabupaten dan Kota di wilayah DIY serta narasumber dari Fakultas Geografi UGM Dr. Taufik Hery Purwanto, M.Si dan Nicky Setyawan dari Parangtritis Geomaritime Science Park.
“Perlunya persamaan format yang disepakati bersama dari BPBD Kabupaten dan Kota terkait kejadian kebencanaan. Diharapkan antar Pusdalops di wilayah DIY memiliki format yang saling disetujui bersama baik dalam hal waktu maupun format data” dalam sambutan Kepala Pelaksana BPBD DIY.
Sesi pertama pemaparan dari narasumber Dr. Taufik Hery Purwanto, M.Si yang membahas mengenai Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG) Pada Saat Penanganan Darurat Bencana. Materi yang disampaikan meliputi Sistem Informasi Geografis (GIS), Siklus Manajemen Bencana, Pemanfaatan SIG pada saat penanganan darurat bencana. Sistem Informasi Geografis merupakan sistem berbasis computer yang biasanya digunakan untuk menyimpan, memanipulasi, dan menganalisa informasi geografis. selain itu beliau juga memberikan contoh pemanfaatan SIG pada saat penanganan darurat bencana.
Pemaparan selanjutnya dari Nicky Setyawan membahas mengenai pemanfaatan informasi geospasial dalam penanggulangan bencana. Dalam paparannya, data geospasial merupakan data tentang lokasi geografis, dimensi atau ukuran, dan/atau karakteristik objek alam dan/atau buatan manusia yang berada di bawah, pada atau di atas permukaan bumi. Sedangkan geospasial adalah Data Geospasial yang sudah diolah sehingga dapat digunakan sebagai alat bantu dalam perumusan kebijakan, pengambilan keputusan, dan/atau pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan ruang kebumian.
Pemanfaatan Informasi Geospasial dalam kebencanaan meliputi :
1. Pra Bencana : Mitigasi Bencana melalui Peta Risiko Bencana, Pembuatan Peta Hazard (Ancaman/Bahaya), JalurEvakuasi
2. Saat Bencana : Rapid Mapping (Pemetaan Cepat), Evakuasi Korban, Pemanfaatan untuk distribusi bantuan
3. Pasca Bencana : Penentuan Lokasi Huntara dan Huntap
Di akhir sesi rapat, materi dukungan GIS pada operasional EOC yang dipaparkan oleh Manajer Pusdalops PB DIY Danang Samsu. Beliau membahas mengenai pengembangan Sistem Peringatan Dini Terpadu DIMS (Disaster Information Management System) yang telah diterapkan di Pusdalops PB BPBD DIY. Selain itu dibuka sesi tanya jawab dan masukan untuk Pusdalops kedepan.
(Nanda Oktavia/MEDIA CENTER BPBD DIY/Anast)
0 Komentar