Yogyakarta, 26 November 2022, Talkshow yang diselenggarakan oleh Harian Jogja bersama BPBD DIY (25/11), dengan dua narasumber yaitu Bapak Drs. Biwara Yuswantana M.Si selaku kepala pelaksana BPBD DIY dan Bapak M. Taufiq AR, S.IP, MPA selaku ketua forum PRB DIY. Talkshow ini membahas mengenai “Strategi Tanggap Bencana DIY” talkshow ini diselenggarakan karena melihat beberapa pekan terakhir cuaca di DIY menyebabkan banjir dan tanah longsor di beberapa wilayah. Selain itu juga ada berita yang sangat memprihatinkan yaitu bencana alam gempa bumi dan tanah longsor yang terjadi di Cianjur Jawa Barat.
Oleh karena itu kita harus lebih waspada dan mengetahui bagaimana mitigasi bencana agar dapat diminimalisir. “Yogyakarta merupakan wilayah yang rawan bencana alam berdasarkan peta gempa di DIY ada 4 cessar yang membentang di wilayah DIY seperti di Oya, Opak, Progo dan Dengkeng, sesar ini menurut para ahli perlu diwaspadai” ujar Arief Yunianto Redaktur Harian Jogja.
Menurut BMKG puncak musim hujan terjadi hingga bulan Februari 2023 yang berpotensi seperti hujan dengan intensitas tinggi, banjir, angin kencang, petir dan lain sebagainya oleh karena itu perlunya mitigasi bencana. “Peristiwa alam akan menjadi bencana ketika bertemu kerentanan” ujar Kepala Pelaksana BPBD DIY. Salah satu mitigasi bencana misalnya terjadi hujan deras, hujan deras dapat mengakibatkan banjir atau tanah longsor. Oleh karena itu jika terjadi hujan lebat dan wilayah tersebut termasuk kawasan rentan bencana sebaiknya lebih peka dan segera mencari tempat yang lebih aman agar tidak tertimpa bencana tersebut.
Skenario tanggap bencana menurut Kepala Pelaksana BPBD DIY, masyarakat harus dipahamkan potensi ancaman bencana maka dilakukan komunikasi edukasi, dan informasi. Masyarakat harus memiliki kapasitas untuk paham ancaman, merespon dengan tepat yaitu dengan pendekatan kelembagaan misalnya dibentuk KTB, SPAB, KALTANA dls agar semuanya bersama-sama melakukan upaya meningkatkan kapasitasnya sehingga apabila terjadi apa yang tidak diharapkan semua sudah siap.
Forum PRB (Pengurangan Risiko Bencana) juga memiliki peran dalam menanggulangi bencana. Dalam pelaksanaannya menggandeng komunitas yang ada agar berjalan dengan baik. Satuan komunitas yang memiliki tatanan, sumberdaya, otoritas yang terkecil yaitu Desa atau Kelurahan oleh karena itu menjadi semacam strategi unggulan agar masyarakat memiliki kapasitas yang baik. Dari aspek regulasi, kelembagaan, SDM, sumber daya, kemudian dikemas sebagai desa tangguh bencana atau kelurahan tangguh bencana. “Terdapat 438 kelurahan di dan 301 desa di DIY berada di kawasan rawan bencana dengan aneka variasi ancaman bencananya, maka kemudian kita sepakati menjadi prioritas kita” ujar ketua forum PRB DIY.
Dengan adanya kegiatan ini diharapkan masyarakat lebih lebih aware mengenali lingkungan, ancaman bencana sehingga masyarakat dapat turut serta melakukan upaya-upaya pengurangan risiko bencana baik dari tingkat keluarga, RT, RW, Dukuh dan Kelurahan. Yang diharapkan juga dapat bekerja bersama dan mendapat manfaat bersama.
(Mieta/Ekf)
0 Komentar