Yogyakarta, 10 Desember 2018. Keracunan makanan adalah kondisi yang muncul akibat mengonsumsi makanan yang telah terkontaminasi oleh organisme menular, seperti bakteri, virus, dan parasit. Kontaminasi dapat terjadi saat makanan sedang diproses atau dimasak dengan tidak benar.
Kontaminasi yang umumnya terjadi pada kasus keracunan makanan disebabkan oleh:
1. Bakteri Campylobacter, Salmonella, Escherichia coli (E. coli), Listeria, Clostridium botulinum ( botulinum) dan Shigella.
2. Norovirus dan rotavirus.
3. Parasit Cryptosporidium, Entamoeba histolytica, dan Giardia.
Berikut ini adalah beberapa contoh makanan yang mudah terkontaminasi jika tidak ditangani, disimpan, atau diolah dengan baik.
1. Daging mentah.
2. Susu.
3. Makanan siap saji, misalnya potongan daging matang, keju lembut, dan roti isi kemasan.
4. Makanan dalam kaleng
5. Telur mentah.
6. Kerang-kerangan dan makanan laut mentah.
Gejala Keracunan Makanan.
Gejala keracunan makanan bisa dimulai beberapa saat setelah makan hingga tiga hari setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi. Gejala yang umumnya terjadi antara lain:
1. Merasa mual dan muntah-muntah.
2. Mengalami diare.
3. Sakit atau kram perut.
Penyebab Keracunan Makanan
Berikut ini beberapa hal yang bisa menyebabkan terjadinya keracunan makanan:
1. Tidak menyimpan makanan dalam suhu yang tepat, misalnya tidak disimpan di kulkas, terutama produk daging dan produk olahan susu.
2. Tidak memasak makanan secara merata, terutama daging unggas-unggasan, burger, dan sosis.
3. Meninggalkan makanan matang di ruangan dengan suhu hangat terlalu lama.
4. Mengonsumsi makanan yang sudah melewati masa kedaluarsa.
5. Kontaminasi silang, misalnya memakai pisau pemotong daging mentah untuk mengiris roti atau menyimpan daging mentah di atas makanan siap makan sehingga cairan dari daging menetes ke makanan di bawahnya.
6. Menggunakan talenan yang tidak dicuci sebelumnya, khususnya setelah penggunaan untuk memotong daging mentah.
7. Orang yang sakit atau dengan tangan yang kotor menyentuh makanan.
Pengobatan Keracunan Makanan
Pada kebanyakan kasus, keracunan makanan tidak membutuhkan pengobatan khusus. Untuk meredakan gejala yang terjadi, Anda bisa beristirahat secukupnya dan minum banyak cairan karena jika mengalami dehidrasi, maka gejala yang terjadi akan bertambah parah dan masa pemulihan akan menjadi makin lama.
Orang yang rentan mengalami dehidrasi sebaiknya diberikan cairan rehidrasi oral (oralit). Oralit berfungsi menggantikan glukosa, garam, dan mineral penting lain yang hilang akibat muntah dan diare. Untuk sementara waktu, sebaiknya Anda menghindari makanan biasa hingga merasa lebih baik. Anda bisa mengonsumsi makanan yang mudah dicerna seperti bubur.
Berikut ini beberapa gejala terkait keracunan makanan yang mengharuskan Anda mendapat pengobatan:
1. Anda mengalami demam tinggi.
2. Gejala yang dialami sangat parah dan tidak membaik hingga beberapa hari.
3. Sakit perut hebat.
4. Mengalami gejala dehidrasi parah, misalnya urine beraroma tidak enak, berwarna gelap, dan sangat sedikit.
5. Bayi Anda mengalami keracunan makanan.
6. Terjadi wabah keracunan makanan dan terkait dengan sumber kontaminasi tertentu.
7. Mengalami muntah-muntah lebih dari dua hari.
8. Diare yang berlangsung lebih dari tiga hari atau tinja bercampur darah.
9. Mengalami gejala seperti pandangan buram, otot lemas, atau sensasi geli di tangan.
Keracunan makanan juga bisa memberikan efek yang parah, terutama pada orang-orang dengan kekebalan tubuh yang lemah. Di antaranya adalah penderita diabetes, gagal ginjal, gagal jantung, HIV, kanker, mereka yang berusia di atas 65 tahun, dan bayi.
Sumber: NHS Chois UK (2018) Health a-z Food Poisoning
(Ari/PSC 119/Danang Samsurizal)
0 Komentar