Yogyakarta, 02 Oktober 2024. Dalam program Dialog Jogja Pagi di RRI Jogja, disiarkan sebuah topik penting dengan judul "Ekspose Musim Hujan 2024/2025 dan Antisipasi di Wilayah DIY." Diskusi ini menghadirkan tiga narasumber ahli di Bidang Klimatologi, Meteorologi, dan Geofisika, yaitu Reni Kraningtyas, SP., M.Si. (Kepala Stasiun Klimatologi DIY), Warjono, S.Si., M.Kom. (Kepala Stasiun Meteorologi Yogyakarta) dan Margono, S.T. (Plh. Kepala Stasiun Geofisika Sleman).
Berdasarkan prediksi BMKG, Reni Kraningtyas, SP., M.Si Kepala Staklim DIY menyampaikan wilayah D.I. Yogyakarta akan memasuki musim hujan pada dasarian ketiga Oktober 2024, kecuali beberapa wilayah seperti Kapanewon Kalibawang dan Samigaluh di Kabupaten Kulon Progo yang diperkirakan lebih awal, yaitu pada dasarian kedua Oktober 2024. Sedangkan wilayah Yogyakarta bagian tengah baru akan memulai musim hujan pada dasarian pertama November 2024.
BMKG bersama beberapa pusat iklim dunia memprediksi bahwa kondisi cuaca global saat ini netral berpotensi menuju La Nina mulai Oktober 2024. Meskipun La Nina yang diperkirakan bersifat lemah, dampaknya masih dapat menyebabkan peningkatan intensitas curah hujan di wilayah DIY. Akan berdampak bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir genangan di wilayah daerah kurang resapan.
Sedangkan puncak musim penghujan di sebagian besar wilayah DIY diprediksi akan terjadi pada Februari 2025, namun terdapat pengecualian untuk beberapa wilayah di Kabupaten Kulon Progo, seperti Kapanewon Girimulyo, Kokap, Pengasih, Temon, Wates, Panjatan, Galur, sebagian Lendah, dan Sentolo, yang diperkirakan mengalami puncak hujan lebih awal, yaitu pada Desember 2024.
Kepala Stasiun Meteorologi, Warjono, S.Si., M.Kom mengungkapkan Kondisi cuaca menjelang dan ketika musim penghujan. Pada masa pancaroba Cuaca di wilayah DIY, akan mengalami cuaca buruk, awan menjulang tinggi, hujan lebat disertai angin bahkan hujan es, masyarakat dihimbau untuk waspada masa peralihan musim kemarau ke musim penghujan, dikarenakan banyaknya cuaca ekstrem.
Salah satu poin penting yang dibahas adalah dampak dari perubahan iklim yang dapat meningkatkan frekuensi kejadian ekstrem, seperti suhu yang lebih tinggi di daerah dataran tinggi dan potensi kekeringan di wilayah tertentu. Para narasumber juga menekankan pentingnya upaya mitigasi perubahan iklim untuk meminimalisir dampak bencana yang mungkin timbul akibat fenomena cuaca ini.
Pemerintah dan masyarakat diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan, terutama dalam menghadapi potensi bencana yang bisa terjadi akibat curah hujan tinggi, seperti banjir dan tanah longsor. Para narasumber juga menekankan pentingnya kesiapan dalam menghadapi musim hujan ini, terutama bagi para petani. Diharapkan para petani di DIY menyesuaikan pola tanam mereka, karena sebagian besar wilayah DIY akan memasuki musim hujan pada Oktober 2024, khususnya pada dasarian kedua. Penggunaan bibit unggul yang tahan terhadap cuaca ekstrem juga sangat dianjurkan.
Dengan antisipasi dan persiapan yang baik, diharapkan dampak dari musim hujan dan perubahan iklim dapat diminimalisir, sehingga masyarakat dapat tetap menjalankan aktivitas mereka dengan aman.
0 Komentar