Yogyakarta , 02 Februari 2023. Awal tahun 2023 ini BPBD DIY berkoordinasi dengan BPBD Kabupaten/Kota untuk membahas penanganan bencana di D.I.Yogyakarta. Rapat koordinasi kedaruratan dihadiri BPBD Kabupaten/Kota serta Damkarmat Kota Yogyakarta dengan narasumber oleh Bappeda dan BMKG Stasiun Klimatologi Yogyakarta.

Kepala Pelaksana BPBD DIY, Drs. Biwara Yuswantana, M.Si mengungkapkan pertemuan rakornis kali ini menjadi momentum yang sangat penting untuk mengawali tahun 2023 dan RPJMD 2023 - 2027.

“Rakornis ini untuk mengawali kegiatan di tahun anggaran 2023 juga mengawali RPJMD lima tahun ke depan, beberapa hal yang belum direpson terkait dengan situasi dan kondisi di daerah”, ungkapnya.

Biwara mengharapkan pertemuan rakornis ini bisa untuk saling tukar menukar informasi dan ide terkait kegiatan BPBD agar apa yang direncanakan dalam upaya-upaya penanggulangan bencana bisa mendapatkan dukungan yang optimal sehingga upaya penanggulangan bencana dapat dilaksanakan dengan baik.

“Harapannya pertemuan ini bisa saling tukar menukar informasi dan ide terkait perubahan kegiatan kita, apa yang perlu disharingkan dan didukung oleh BPBD lain agar akselerasi terhadap upaya-upaya Penanggulangan bencana dapat dilaksanakan dengan baik”, ucap Biwara.

Kalaks BPBD DIY juga menyampaikan bahwa BPBD Provinsi tugasnya mensupport BPBD Kabupaten/Kota. Saat ini ada dua sub urusan yang ditangani BPBD DIY yaitu kebencanaan dan pemadam kebakaran dan penyelamatan.

Hadir sebagai narasumber, Pratama Wahyu Hidayat, S.TP selaku Kepala Bidang Pemerintahan Bappeda DIY, beliau menyampaikan mengenai kebijkan pembangunan di DIY tahun 2023. Mitigasi bencana dan adaptasi perubahan iklim menjadi isu strategis di DIY.

Hadir pula Kepala Kelompok Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Yogyakarta, Esty Setyaningrum, M.Si menyampaikan perkembangan iklim untuk wilayah DIY 2023.

Disampaikan, kondisi dinamika atmosfer terkini di bulan Januari lain daripada yang lain, cuaca dan iklim tidak menentu, dan cenderung panas. Januari beberapa hari tidak turun hujan hingga pertengahan Januari, hal tersebut dikarenakan lemahnya monsoon asia/angin baratan yang membawa uap air banyak yang menyebabkan hujan. “Masa uap airnya yang dibawa dari barat daya maupun selatan itu sedikit, dibandingkan dari utara”, tegas beliau.

Secara normal kuat-kuatnya monsun asia atau angin barat. Selain itu Perairan Selatan Jawa biru, indikasinya Suhu muka lautnya dingin di bawah rata-ratanya yang artinya bahwa pembentukan awan sangat kecil. Jadi dari dua faktor monsoon asia melemah dan suhu muka lautnya tidak menunjang pembentukan awan-awan hujan pada dasarian I dan II.

Esty menyampaikan bahwa kondisi iklim terkini Terjadi La Nina Lemah berangsur ke netral sampai dengan Mei 2023 adanya peluang El Nino lemah pada periode Juni – Agustus 2023. Dipole Mode Indeks netral diprakirakan akan berlangsung s/d Juli 2023 yang tidak signifikan terhadap penambahan curah hujan atau suplai uap air diperode tersebut. Suhu muka laut di selatan Jawa diprakiraan kondisi normal hingga Mei 2023 yang tidak signifikan terhadap penambahan curah hujan atau suplai uap air diperode tersebut. Pada bulan Februari 2023 intensitas curah hujan naik menengah – tinggi, sedangkan bulan Maret dan April mulai turun dengan sifat hujan bervariasi bawah normal – atas normal.

Beliau juga menyampaikan bahwa prakiraan puncak musim hujan 2022/2023 di wilayah DIY umumnya terjadi pada bulan Januari-Februari 2023 kecuali wilayah Kulon Progo bagian Barat dan Selatan. Diprakirakan berakhirnya musim hujan 2022/2023 berkisar April dasarian II – Mei dasarian I, informasi awal musim kemarau 2023 sesuai rilis prakiraan musim kemarau 2023, dan akan diupdate kembali pada Maret 2023.

Berdasarkan kejadian yang banyak terjadi di DIY, hal tersebut didominasi dari bencana hidrometeorologi yang dipicu dari curah hujan yang tinggi pada musim hujan. Untuk itu perlu mitigasi untuk menghadapi cuaca dan iklim ekstrem yang berdampak pada terjadinya bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, dll yang berpotensi di daerah-daerah rawan bencana pada periode musim hujan 2022/2023 yaitu puncak hingga berakhirnya musim hujan 2022/2023.

Tak hanya itu tapi perlu diwaspadai cuaca ekstrem seperti hujan lebat, angin kencang, puting beliung yang bisa terjadi pada periode peralihan musim hujan 2022/2023 ke musim kemarau 2022/2023 pada bulan April-Mei 2023.

Harapannya Pemerintah Daerah dan masyarakat di wilayah rawan banjir dan tanah longsor, agar waspada selama periode musim hujan 2022/2023 (puncak hingga berakhirnya musim hujan 2022/2023) terutama untuk daerah yang diprakirakan mengalami curah hujan lebih tinggi dari rata-ratanya dan perlu langkah- langkah penyesuaian di sektor pertanian menyikapi kondisi iklim yang sedang berlangsung supaya tidak terjadi gagal panen.

Dengan adanya prediksi perubahan cuaca dan iklim dari BMKG maka dapat meningkatkan kesiapsiagaan BPBD DIY maupun BPBD Kabupaten/Kota bila terjadi kemungkinan bencana di kemudian hari.

(ekf)