Yogyakarta, 20 Desember 2021. Talkshow di acara bincang spesial bulan Desember diselenggarakan dengan tema “Tren Kejadian dan Bencana Tahun 2021”.  Disiarkan langsung di Star Jogja FM dengan narasumber Kabid Penanganan Darurat BPBD DIY, Lilik Andi Aryanto, S.I.P., MM. Secara umum bencana dikelompokkan pada 3 kelompok besar yakni: Bencana Alam, Bencana Non Alam, dan Bencana Sosial. Bencana alam meliputi Geologi (Gempa, Longsor, Vulkanik, Liquivaksi, Tsunami), lalu Meteorologi (Angin kencang, Kekeringan, Banjir, Gelombang Pasang), dan  Eksteretial (meteor, badai matahari, maupun fenomena angkasa lainnya). Yang kedua yaitu Bencana Non Alam yang terdiri Kegagalan Teknologi, Kebakaran, wabah, Epidemi, dan sebagainya. Dan yang terakhir yakni Bencana Sosial seperti Konflik, terorisme, dan lain-lain. Namun demikian, secara umum di Indonesia jenis-jenis bencana dikategorikan dalam 12 ancaman bencana meliputi Gempa Bumi, Tsunami, Gunung Meletus, Banjir, Kekeringan, Tanah Longsor,  Angin Kencang, Kegagalan Teknologi, Epidemi dan Konflik Sosial.

Sedangkan di D.I.Yogyakarta, menurut Bapak Lilik Andi Aryanto, S.I.P., MM. mengungkapkan bahwa kita punya lautan, daratan dan pegunungan, bahkan Gunung Api. Tidak semua wilayah di Indonesia selengkap DIY, maka pantas jika DIY dapat dijadikan sebagai laboratorium bencana. Yang artinya setiap individu di DIY harus tahu, mau, dan mampu berinteraksi dengan bencana. Harus belajar tentang bencana, dari mulai hal kesiapsiagaanya, penanganannya hingga bagaimana kita harus berdiri Kembali jika terjadi bencana.

Ditambah saat ini, kita berada di musim penghujan di tengah kondisi pandemi. Ancaman hidrometeorologi menjadi perhatian utama pada saat ini di samping pandemi. Gunung Merapi juga dalam status siaga. Gempa bumi dapat terjadi sewaktu-waktu dan belum ada alat untuk memprediksinya. Jadi intinya potensi bencana di DIY ada, namun bukan untuk ditakuti tapi untuk diwaspadai. Tercatat secara umum berbagai kejadian bencana selama tahun 2021 yakni tanah longsor sejumlah 289, 203 Gempa tidak terasa, 151 Kebakaran, 141 Angin kencang, serta 69 Pohon tumbang (Sumber: Pusdalops per 17 Desember 2021). Secara angka kejadian longsor paling tinggi setiap tahunnya, disusul kebakaran non hutan dan lahan. Kejadian berikutnya yang juga sering terjadi adalah angin kencang. Kejadian gempa tahun ini juga tinggi namun banyak kegempaan yang tidak terasa.

Belum lagi selama 2 tahun ini kita dalam masa pandemi, banyak kegiatan yang dilakukan dari dan di rumah. Produksi limbah rumah tangga seperti berupa sampah plastik dari bungkus makanan, tisu, masker yang sudah tak terpakai dan lain sebagainya yang cenderung ekstra. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah kita sudah mengelolanya dengan baik? Diharapkan masyarakat DIY bijak dengan hal ini, jangan sampai ini menjadi tabungan bencana untuk kemudian hari seperti membuang sampah sembarangan yang berujung pada tertutupnya saluran drainase hingga berakibat banjir di musim hujan ini. Tentunya hal semacam itu bisa dihindari dimulai dari lingkungan kita sendiri.

Selama ini upaya edukasi ke masyarakat terkait potensi bencana ini sudah dilakukan diberbagai media yang bisa dimanfaatkan baik konvensional berupa tulisan dan tatap muka terbatas maupun digital yang saat ini paling sering dilakukan di tengah kondisi pandemi karena dapat menjangkau lebih banyak orang dengan cepat, dan mudah. BPBD terus berupaya beradaptasi dan berinovasi untuk mencapai ketangguhan masyarakat DIY. Dalam pelaksanaannya BPBD tidak dapat berjalan sendiri, melainkan perlu dukungan dari masyarakat juga. Kerjasama ini harus terus dilakukan dari mulai pencegahan ,pengurangan risiko, penanganan darurat hingga rehabilitasi dan rekonstruksi.

Oleh karenanya, dihimbau kepada masyarakat bahwa pembangunan dengan kebencanaan terkadang menjadi hal yang bertolak belakang. Namun jika pembanguan beriringan dengan pegurangan risiko akan menjadi lebih sempurna. Masyarakat harus selalu meningkatkan kapasitas dan untuk mengurangi risiko bencana. Masyarakat tidak perlu ragu untuk melaporkan kejadian bencana kepada Hotline BPBD DIY baik melalui whatsapp di (0274) 555584, telepon maupun menggunakan aplikasi Pamor. Diharapkan laporan yang disampikan oleh masyarakat ini akan sangat bermanfaat bagi perencanaan pembangunan kedepannya, pencatatan sejarah, serta edukasi untuk generasi yang akan datang.