Yogyakarta, 24 September 2021. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan potensi bencana hidrometeorologi menyusul prediksi musim hujan yang akan datang lebih awal dari biasanya pada tahun ini.
Tidak hanya itu, sejumlah wilayah di Indonesia juga diprediksi akan mengalami musim hujan lebih besar dari biasanya. Di antaranya yaitu, sebagian Aceh, Sumatera Utara, Sumatra Barat, Riau bagian selatan, Jawa, Bali-Nusa Tenggara, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur bagian barat hingga selatan, Sulawesi, Maluku Utara bagian barat, Pulau Seram bagian selatan, dan Papua bagian selatan.
D.I.Yogyakarta pada bulan September 2021 sudah memasuki masa pancaroba/peralihan dari musim kemarau ke musim penghujan. Musim hujan diprakirakan akan terjadi pada bulan Oktober 2021. Puncak musim hujan periode 2021/2022 diprediksi akan terjadi pada bulan Januari dan Februari 2022. (Siaran Pers BMKG, 26 Agustus 2021)
Berdasarkan data dari Pusdalops PB DIY, kejadian akibat hidrometeorologi selama tahun 2020 di D.I.Yogyakarta antara lain 162 kejadian angin kencang, 13 Kejadian banjir, 436 kejadian tanah longsor. Adapun dampaknya antara lain 5 baliho tumbang, 13 lampu jalan roboh, 334 jaringan listrik, 15 tiang listrik, 52 jaringan telepon, 11.301 ternak, 1.210 bangunan rusak, 38 kendaraan, 1.521 pohon tumbang, 6 jembatan rusak, 13 jalan rusak, 5 pipa PDAM, 24 talud, 168 bangunan tergenang, 11 Ha sawah tergenang, dan 2.257 jiwa terdampak.
Berkaca dari banyaknya kejadian pada tahun 2020 dan prediksi musim penghujan tahun 2021 maka talkshow kali ini mengangkat tema Siaga dan Waspada Hadapi Pancaroba dan Musim Penghujan 2021 dengan mengundang narasumber dari BMKG, dihadiri langsung oleh ibu Reni Kraningtyas, SP., M.Si selaku Kepala BMKG Stasiun Klimatologi Kelas IV Sleman untuk mengetahui bagaimana prediksi musim penghujan tahun ini serta potensi bencana yang terjadi agar pemerintah dan masyarakat lebih waspada dan dapat mengantisipasi serta melakukan aksi mitigasi lebih awal guna menghindari dan mengurangi risiko bencana.
Diperkuat dengan data pengamatan, beliau mengungkapkan bahwa bulan September ini sudah masuk masa transisi atau pancaroba dari musim kemarau ke musim hujan. Sehingga masyarakat merasakan dampak seperti hujan lebat, angin, petir namun hanya di wilayah tertentu.
Musim pancaroba datang tepat waktu, sesuai dengan prediksi BMKG. Namun, kemarau di tahun ini sudah basah, karena disertai hujan pada bulan September. Sehingga masyarakat belum merasakan jelas perubahan musim. Musim hujan masuk secara resmi mulai Oktober, khususnya wilayah DIY. Sedangkan untuk puncak musim hujan di semua wilayah DIY, diperkirakan terjadi pada bulan Januari 2022 mendatang.
Berdasarkan dinamika atmosfer, pola cuaca berubah. Hal ini yang menyebabkan kemarau basah.
“Masyarakat harus update informasi cuaca dari BMKG agar bisa mengantisipasi jika terjadi hujan lebat, angin kencang maupun yang disertai petir. Jangan hanya mengandalkan ilmu titen saja karena kondisi iklim dulu dan sekarang sudah beda”, himbauan Bu Reni saat talkshow.
Beliau meminta agar masyarakat peka dengan bersiap siaga menghadapi pancaroba, menjaga drainase lingkungan sekitar, tidak membuang sampah sembarangan, menebang pohon yang terlalu tinggi di pinggir jalan dan segera lapor ke pemerintah desa setempat jika terjadi retakan tanah akibat hujan lebat.
0 Comments