Yogyakarta, 5 September 2022. Indonesia telah kehilangan ratusan ribu penduduk akibat bencana alam. Banyaknya korban jiwa menggambarkan bahwa persiapan dan kesiapsiagaan masyarakat masih rendah, terutama dikarenakan kurangnya pengetahuan dan kepedulian akan fenomena alam ini dan bencana yang diakibatkannya. Bencana alam atau musibah yang menimpa di suatu wilayah atau daerah dapat saja datang secara tiba-tiba, sehingga masyarakat yang berada di lokasi musibah bencana, tidak sempat melakukan antisipasi pencegahan terhadap musibah tersebut. Selain itu kondisi Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar dan tidak merata, keanekaragaman suku, agama, adat istiadat, budaya dan golongan menyebabkan Indonesia sangat rawan terhadap bencana alam. Bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, banjir, gunung meletus, tanah longsor, dan angin topan yang sering terjadi di Indonesia tentu berdampak kehancuran, juga menyebabkan penderitaan dan kerugian baik bagi masyarakat maupun negara.
Dengan seringnya bencana alam yang terjadi, untuk itu diperlukan Pengelolaan Risiko Bencana untuk penanganan bantuan terhadap bencana secara lebih baik dan sistematis. Permasalahan yang timbul adalah masih banyaknya warga masyarakat yang belum mengetahui dan memahami tentang apa itu bencana, bagaimana cara mengantisipasi dan mengatasi bencana, sehingga risiko yang ditimbulkan akibat bencana tersebut seminimal mungkin, dan siapa yang bertanggung jawab terhadap bencana tersebut. Manajemen risiko merupakan kegiatan mendasar yang diarahkan untuk mengevaluasi skema untuk mengurangi risiko tetapi tidak untuk menghilangkan semua risiko, karena risiko dalam banyak kasus tidak dapat sepenuhnya dihilangkan.
Manajemen Risiko Bencana adalah pengelolaan bencana sebagai suatu ilmu pengetahuan terapan (aplikatif) yang mencari, dengan melakukan observasi secara sistematis dan analisis bencana untuk meningkatkan tindakan-tindakan (measures), terkait dengan pencegahan (preventif), pengurangan (mitigasi), persiapan, respon darurat dan pemulihan. Pengelolaan dalam bantuan bencana merupakan hal-hal yang penting bagi Manajemen puncak yang meliputi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), kepemimpinan (directing), pengorganisasian (coordinating) dan pengendalian (controlling).
Tujuan dari Manajemen Risiko Bencana di antaranya:
- Mengurangi atau menghindari kerugian secara fisik, ekonomi maupun jiwa yang dialami oleh perorangan atau masyarakat dan negara.
- Mengurangi penderitaan korban bencana.
- Mempercepat pemulihan.
- Memberikan perlindungan kepada pengungsi atau masyarakat yang kehilangan tempat ketika kehidupannya terancam.
Lahirnya UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana dan peraturan pelaksana yang sudah dipersiapkan, diharapkan respon terhadap situasi bencana akan menjadi lebih cepat sehingga manajemen risiko bencana menjadi lebih efektif. Pengelolaan manajemen risiko bencana yang efektif memerlukan kombinasi empat konsep, yaitu atas semua bahaya, menyeluruh, terpadu dan kesiapan masyarakat. Pendekatan terpadu pengelolaan bencana secara efektif memerlukan kerjasama aktif dari berbagai pihak terkait. Artinya, semua organisasi dengan tugasnya masing-masing bekerja sama dalam mengelola bencana.
Masyarakat yang terdiri dari masing-masing individu diharapkan selalu waspada terhadap bahaya bencana dan tahu bagaimana cara melindungi dirinya, keluarga rumah, dan harta bendanya dari bahaya bencana. Bila masing-masing dapat melakukan tindakan perlindungan terhadap dampak bahaya bencana, tentu dapat mengurangi ancaman bahaya bencana. Hal yang perlu diperhatikan adalah fokus respon pada aktivitas preparedness, migitation, response dan recovery dapat dilakukan dengan baik, sehingga dampak peristiwa bencana akan lebih dapat diminimalkan.
Sumber : media.neliti.com
0 Komentar